Resesi Global Mengancam, Bagaimana Kiat-kiat Kemenkeu?

29 November 2022 14:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara di Kompleks Parlemen, Senin (5/9).  Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara di Kompleks Parlemen, Senin (5/9). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah berulang kali menyinggung tahun depan akan menjadi tahun yang gelap karena adanya ketidakpastian ekonomi global yang bisa menimbulkan resesi. Kendati begitu, dalam situasi sulit saat ini ekonomi Indonesia di kuartal III 2022 justru bisa tumbuh 5,72 persen.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara menegaskan, tahun depan Indonesia akan tetap melanjutkan pemulihan ekonomi nasional yang masih terus dilanjutkan pasca pandemi COVID-19.
"Jadi 2023 kayak apa? Kita lanjutkan pemulihan kita," ujar Suahasil di acara PermataBank Wealth Wisdom 2022 dengan tema Mindfully Recover, Selasa (29/11).
Pemerintah pun optimis pertumbuhan ekonomi di tahun depan bisa mencapai 5,3 persen. Meski begitu, pihaknya tetap waspada terkait kondisi perekonomian dunia di mana terjadi pengetatan likuiditas.
Amerika Serikat (AS) kata dia, masih akan terus menaikkan suku bunga acuan. Untuk itu, Suahasil akan terus memantau kebijakan yang dibuat oleh bank sentral AS, The Fed.
"Ini kita translate ke dalam negeri, ketika kita menerjemahkan ini ke dalam negeri tentu kita melihat beberapa ruang-ruang yang mesti kita waspadai," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pemerintah akan tetap menjadikan APBN sebagai shock absorber. Pasalnya, APBN merupakan instrumen penting sebagai shock absorber dalam menjaga dan melindungi perekonomian dan rakyat dari dampak kenaikan harga pangan dan energi global.
"Supaya menjadi shock absorber yang baik, maka APBN kita bangun dengan optimis dan waspada," pungkas Suahasil.
Ia melihat kedua hal tersebut menjadi payung Indonesia untuk bergerak menghadapi 2023. Suahasil menuturkan Indonesia harus optimis karena pemulihan ekonomi tetap berjalan diikuti dengan kegiatan ekonomi.
"Tapi kita harus waspada pada variabel-variabel, pada harga-harga yang berubah sangat cepat, variabel-variabel yang berubah dengan sangat cepat di dunia internasional," tandasnya.